Friday, June 16, 2017
Pentingnya aplikom
Makalah Leadership
TUGAS
PSIKOLOGI SOSIAL II
MAKALAH
LEADERSHIP

Oleh:
SHARAH TAMIARA
SIALLAGAN
151301102
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA


KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis mampu menyelesaikan makalah berjudul Leadership yang merupakan tugas mata kuliah Psikologi
Sosial II dari Ibu Rika Eliana Barus selaku dosen pengampu.
Dalam penulisan makalah ini, Penulis
sudah menyusun makalah semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan Penulis.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan untuk pembaca.
Penulis merasa masih
banyak kekurangan baik dari segi materi ataupun teknis penulisan, mengingat
akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat Penulis
harapkan guna penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Medan, 19 Maret
2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................. 1
1.1 Latar
Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................ 3
2.1 Landasan
Teori........................................................................................... 3
2.1.1 Definisi Kepemimpinan
.................................................................... 3
2.1.2 Tipe-tipe Kepemimpinan.................................................................... 4
2.1.3 Fungsi
Kepemimpinan........................ ......
......................................
11
2.1.4 Teori-teori Pemimpin dan Kepemimpinan..
..................................... 14
2.2 Studi Kasus.................................................................................................. 16
2.2.1
Biografi Ridwan
Kamil...................................................................... 16
2.2.2
Gaya Kepemimpinan Ridwan
Kamil................................................. 18
BAB III.........................................................................
..................................... 21
Kesimpulan.............................................................
..................................... 21
DAFTAR
PUSTAKA................................................... ....................................
22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia
adalah makhluk yang tidak dapat hidup dengan sendiri dan senantiasa membutuhkan
satu dengan yang lainnya, oleh karena itu dibutuhkanlah suatu interaksi antara
manusia yang satu dengan yang lainnya agar terjalin komunikasi yang lebih baik.
Interaksi bisa didapatkan dengan menjalani hidup secara berkelompok, baik dalam
kelompok yang kecil maupun kelompok besar. Contoh dari kelompok kecil adalah
keluarga dan teman bermain, sedangkan contoh dari kelompok besar adalah
sekolah, universitas, dan lainnya. Namun hidup dalam suatu kelompok bukanlah
hal yang mudah. Untuk dapat menciptakan kondisi lingkungan yang harmonis dan
nyaman, setiap anggota kelompok harus saling menghargai dan menghormati.
Sehingga untuk menciptakan kondisi yang sedemikian tersebut, dibutuhkan seorang
yang berjiwa pemimpin dan paling tidak mampu memimpin dirinya sendiri.
Pemimpin
merupakan seorang yang memiliki
kelebihan dan kecakapan dibanding dengan
yang lainnya, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu
bidang tertentu. Sehingga pemimpin mampu membuat orang lain melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu secara
bersama-sama. Seorang
pemimpin tidak begitu saja dipilih dan ditentukan. Ada kriteria-kriteria
tertentu yang harus dimiliki olehnya. Segenap kemampuan dalam berpikir dan
berbuat menjadi pertimbangan yang sangat urgen diperhatikan. Untuk
menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah, seseorang harus mempunyai jiwa
kepemipinan yang kuat. Kepemimpinan (leadership)
adalah suatu kemampuan seseorang (yakni pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yakni orang yang dipimpin
atau pengikutnya) sehingga orang yang dipimpin tersebut bertingkah laku
sebagaimana yang telah dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kepemimpinan
adalah cara membuat peta perjalanan untuk menang sebagai tim dan
organisasi. Dan dalam kepemimpinan yang baik akan terdapat keterampilan yang handal
sehingga mampu membimbing orang-orang berlaku efektif efisien. Seorang
pemimpin yang hebat akan mampu menciptakan suatu program atau kebijakan
kepemimpinan baru yang inovatif yang dapat memiliki kontribusi yang banyak di
masyarakat.
Beberapa waktu terakhir banyak media yang meliput mengenai kemajuan
pelaksanaan pembangunan infrastruktur dan kebijakan publik di Kota Bandung. Yang
dibuat dan diprakarsai oleh seseorang yang memimpin kota tersebut yakni
Ridwan Kamil. Berlatar
belakang pendidikan sebagai seorang arsitektur yang handal, Ridwan Kamil dalam
masa kepemimpinannya sebagai walikota Bandung banyak membuat
terobosan-terobosan atau inovasi-inovasi terbaru baik dalam hal pembangunan
sarana dan infrastruktur untuk mewujudkan kota Bandung yang lebih asri. Bahkan
sekarang kota Bandung dinobatkan sebagai finalis 6 besar dunia untuk inovasi Smart
City.
1.2 Rumusan
masalah
1.
Apa definisi
kepemimpinan ?
2.
Apa tipe-tipe
kepemimpinan ?
3.
Apa
fungsi kepemimpinan?
4.
Apa
saja teori-teori pemimpin dan kepemimpinan?
5.
Jelaskan
kasus Ridwan Kamil terkait gaya kepemimpinannya ?
BAB II
ISI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Kepemimpinan
Ada beberapa
definisi kepemimpinan menurut para ahli, yaitu:
a.
Menurut Boring,
Langeveld, dan Weld
Kepemimpinan adalah hubungan dan individu terhadap bentuk
suatu kelompok dengan maksud untuk dapat menyelesaikan beberapa tujuan.
b.
Menurut George R.
Terry
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang
agar dengar sukarela bersedia menuju kenyataan tujuan bersama.
c.
Menurut H.
Goidhamer dan E. A. Shils
Kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat
mempengaruhi tingkah laku orang-orang lain yang dipimpinnya.
d.
Menurut Ordway Tead
Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi
orang-orang untuk bekerja sama menuju pada kesesuaian tujuan yang mereka
inginkan.
e.
Menurut John
Ptiffner
Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan
mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang
dikehendaki.
Berdasarkan definisi para ahli di atas, kepemimpinan dapat
diartikan sebagai:
- Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, tidak akan ada pimpinan.
- Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
2.1.2 Tipe-tipe
Kepemimpinan
Menurut Lewin,
Lippit, dan White (dalam Ahmadi, 2009) ada 3 macam tipe kepemimpinan, yaitu:
a.
Tipe
kepemimpinan Otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter merupakan tipe
dimana pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok maupun organisasi.
Memastikan apa yang akan dilakukan
kelompok. Pada tipe ini anggota kelompok tidak diajak untuk turut menentukan
langkah-langkah pelaksanaan atau perencanaan mengenai kegiatan-kegiatan anggota
kelompok.
Kegiatan acara-acara atau tujuan kelompok
ditentukan oleh pemimpin dari atas. Kelompok hanya diinstruksikan
langkah-langkah pekerjaan saja, tanpa memberitahu perancangan secara
keseluruhan. Anggota hanya diberitahu langkah-langkah kegiatan selangkah demi
selangkah tanpa adanya perundingan mengenai tujuan-tujuan umum daripada
kegiatan kelompok.
Sikap pemimpin yang otoriter seakan-akan ia
tidak turut serta dengan interaksi kelompok. Pemimpin hanya saling hubungan
dengan anggota-anggota pada waktu memberi instruksi mengenai langkah-langkah
kegiatan, sesudah hal tersebut terjadi ia lalu menyendiri. Ia terpisah dengan
kelompok dan tidak mencampurkan dirinya dengan anggota kelompok lain.
Kepemimpinan otoriter memiliki ciri-ciri
antara lain:
1. Mendasarkan
diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,
2. Pemimpinnya
selalu berperan sebagai pemain tunggal,
3. Berambisi
untuk merajai situasi,
4. Setiap
perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri,
5. Bawahan
tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang
akan dilakukan,.
Gambar dibawah ini
merupakan gambaran kepemimpinan otoriter!

b.
Tipe
kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis adalah tipe
pemimpin yang mengajak anggota kelompoknya ikut serta dalam perancangan
langkah-langkah pekerjaan secara musyawarah dan mufakat. Pemimpin memberi
nasihat kepada anggota kelompoknya dan memberikan saran mengenai bermacam-macam
kemungkinan pelaksanaan pekerjaan yang dapat mereka pilih sendiri mana yang
terbaik. Pemimpin demokratis memberikan penghargaan dan kritik secara objektif
dan positif. Dengan tindakan-tindakan demikian maka pemimpin demokratis
berpartisipasi dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
Pemimpin demokratis menempatkan anggota
sebagai teman bukan sebagai yang dipekerjakan. Pemimpin berusahan mendorong dan
memperkuat hubungan antara individu seluruh kelompok. Tugas dan kewajiban
dijalankan bersama-sama dengan pemimpin. Tanggung jawab dibagi di antara semua
anggota. Apabila ada kesalahan pada anggota, diperingatkan dengan cara yang
bijaksana. Pemimpin berusaha mencegah berkembangnya struktur kelompok hierarki
yang dikuasai oleh perbedaan status dan hak istimewa.
Bila kepemimpinan demokratis dibandingkan
dengan kepemimpinan otoriter yang cenderung diktator. Pemimpin demokratis
melayani sebagai wakil kelompok, ia berusaha untuk melaksanakan mandat kelompok.
Perbedaan tingkah laku gaya kepemimpinan keduanya cukup nyata. Kelompok
otoriter cenderung lebih agresif, hubungan diantara anggota kelompoknya
cenderung lebih agresif, dan kelompok otoriter cenderung menjadi pecah jika
dalam keadaan frustasi dibandingkan dengan kelompok demokratis. Dan dalam
kelompok demokratis kesatuan kelompoknya nampak lebih tinggi.
Gambar dibawah ini merupakan gambaran
kepemimpinan demokratis!

Keuntungan dan kerugian tipe kepemimpinan
demokratis
Keuntungannya:
·
Keputusan
serta tindakan lebih objektif, timbulnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya
moral yang tinggi.
·
Organisasi
dengan segenap bagian-bagiannya berjalan lancar, sekalipun pemimpin tersebut
tidak ada di kantor karena ada sistem pendelegasian wewenang sehingga
masing-masing menyadari tugas dan fungsinya dengan puas dan aman menyandang
setiap tugas dan fungsinya.
Kerugiannya :
·
Keputusan
serta tindakan kadang-kadang lambat.
·
Pekerjaan
tidak selesai pada waktunya.
c.
Tipe
Kepemimpinan Laissez Faire
Pada
tipe Laissez Faire seorang pemimpin menjalanankan peran yang pasif, sebagai
seseorang yang hanya menonton saja. Pemimpin menyerahkan segala penentuan
tujuan dan kegiatan kelompok kepada anggota-anggota sendiri.
Pemimpin
menyerahkan bahan-bahan dan alat yang diperlukan dalam pekerjaan kelompok
tersebut. Pemimpin tidak mengambil inisiatif apapun didalam kegiatan kelompok.
Ia berada ditengan- tenga kelompok, tetapi tidak berinteraksi dan berlaku
seperti seorang penonton saja. Hasil eksperimen kepada empat kelompok dengan
tiga cara tersebut, bahwa pada umumnya cara-cara kepemimpinan yang berlainan
itu menimbulkan juga cara-cara interaksi serta suasana dalam bekerja yang
berlainan.
Dengan
kata lain dinamika kelompok itu sangat dipengaruhi oleh cara-cara kepemimpinan
seperti yang digambarkan diatas. Nyata bahwa kelompok yang dipimpin oleh
otoriter tampak ciri yang jelas berbeda dengan ciri kelompok yang dipimpin
secara demokratis atau laissez faire.
Gambar dibawah ini merupakan gambaran kepemimpinan laissez
faire !

Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin
tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya
sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya.
Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri.
Dapat kita tambahkan di sini bahwa pemimpin akan sukses di
dalam tugasnya apabila memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Kesadaran diri
Kesadaran seorang
pemimpin terhadap dirinya dan terhadap golonganya akan menimbulkan kewibawaan
yang lebih kuat, baik untuk memikat para pendengarnya maupun untuk
mempertahankan kebenaran yang disampaikanya.
2. Keinginan
yang kuat
Segala pekerjaan
yang hebat dan mulia memerlukan kemauan dan keinginan yang kuat bagi pelaksanaanya,supaya
pekerjaan itu dapat terlaksana dengan sempurna.
3. Keyakinan
yang teguh
Kita tidak mungkin
dapat meyakinkan orang kalau kita sendiri tidak yakin/ragu-ragu akan kebenaran
yang kita sampaikan kepada orang lain.
4. Persiapan
yang sempurna
Yaitu
persiapan-persiapan pikiran, bahan-bahan, gaya bahasa, susunan acara, dan
tekanan intonasinya.
5. Latihan
yang cukup
Artinya latihan dan
pembiasaan diri. Semua teori tidak ada gunanya jika tidak dibawa dalam praktik.
d.
Tipe Kepemimpinan Kharismatik
Ciri-ciri pemimpin yang memiliki
gaya kepemimpinan kharismatik yaitu :
1.
Mempunyai daya
tarik dan kekuatan energi yang kuat yang berasal dari latar belakang
biografikal, pendidikan, kekayaan, penampilan, sehingga pengikutnya besar, dia
dianggap memiliki kekuatan gaib (supernatural
power).
2.
Percaya diri
yang besar.
3.
Mempunyai visi.
4.
Kemampuan untuk
mengartikulasikan visi.
5.
Keyakinan yang
kuat tentang tepatnya visi yang dinyatakannya kepada para bawahan.
6.
Pemahaman yang
mendalam dan tepat tentang sifat lingkungan yang dihadapi termasuk kendala yang
ditimbulkannya serta kesiapan untuk menyediakan sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk mewujudkan perubahan itu.
7.
Mampu membaca
situasi organisasional yang dihadapinya dan mampu mengenali karakteristik para
bawahannya sehingga dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi yang
dihadapi itu.
2.1.3 Fungsi
Kepemimpinan
Kepemimpinan memiliki banyak fungsi,
tergantung dengan apa yang akan dicapai oleh kelompok itu. Reven dan Rubin (
dalam Ahmadi, 2009) menyebutkan ada 4 fungsi kepemimpinan, antara lain:
1.
Membantu
menetapkan tujuan kelompok
Pemimpin adalah pembuat policy (policy marker) yang
membantuk kelompok dalam menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai. Lalu
pemimpin merumuskan rencana kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sebagai pelaksana, pemimpin mengkoordinasi kegiatan-kegiatan semua anggota
kelompok sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2.
Memelihara
kelompok
Selama perjalanan kegiatan kelompok, pasti terdapat
ketidakcocokan antar anggota yang sering diikuti dengan ketegangan serta
permusuhan. Sehingga pemimpin diharapkan dapat meredakan ketegangan, perbedaan
pendapat dan juga menghilangkan permusuhan untuk menjaga keharmonisan dalam
kelompok.
3.
Memberi
simbol untuk identifikasi
Terkadang anggota kelompok memerlukan simbol yang
dapat mengidentifikasi dirinya, seperti bendera, slogan dan simbol yang lain.
Dan pemimpin itu sendiri juga dapat menjadi simbol dan kelompoknya.
4.
Mewakili
kelompok terhadap kelompok lain
Pemimpin dapat dijadikan perwakilan kelompok dengan
hubungannya dengan kelompok lain, pemimpin diharapkan dapat memecah
ketegangan-ketegangan diantara kelompok dan membantu kerja dengan kelompok lain
untuk tujuan bersama.
Knech, Crutchfield, dan Ballachey (dalam Ahmadi,
2009) menyebutkan fungsi pemimpin yang lebih jelas, yaitu:
1.
Pemimpin
adalah eksekutif
Peranan pemimpin yang nyata didalam setiap kelompok
adalah sebagai koordinator dan kegiatan kelompok. Dalam hal ini biasanya
pemimpin tidak mengerjakan pekerjaan yang ada dalam kelompok tetapi menugaskan
kepada anggota kelompok yang lain, sedangkan pemimpin hanya mengkoordinirnya.
2.
Pemimpin
sebagai perencana
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang
menyeluruh bagi organisasi ataupun kelompoknya dan juga bagi diri sendiri
selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.
3.
Pemimpin sebagai pembuat
kebijaksanaan (policy-maker)
Seperti salah satu fungsi yang disebutkan Reven dan Rubin. Knech dkk juga
menetapkan fungsi pemimpin yakni sebagai policy-maker atau pembuat
kebijaksanaan dan menetapkan tujuan kelompok.
4.
Pemimpin sebagai seorang yang
ahli (expert)
Pemimpin kerapkali sebagai sumber informasi da kecakapan (skill)
5.
Pemimpin sebagai wakil kelompok
untuk hubungan ke luar
Pemimpin biasanya mewakili kelompoknya untuk berhubungan dengan luar. Ia
membawa suara kelompoknya. Untuk itu pemimpin harus dapat menafsirkan kebutuhan
kelompoknya secara tepat
6.
Pemimpin sebagai pengawas
hubungan didalam kelompok
Pemimpin harus menjaga hubungan antara anggota didalam kelompok itu
sebaik-baiknya. Fungsi
pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan
pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan – hambatan dapat
segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali
berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana
7.
Pemimpin sebagai orang yang
memberi hadiah dan hukuman
Pemimpin yang menentukan tindakan-tindakan apa yang memperoleh hadiah dan
tindakan apa yang memperoleh hadiah
8.
Pemimpin sebagai wasit (pelerai)
dan perantara
Dalam menghadapi konflik di dalam kelompoknya pemimpin bertindak sebagai
pelerai dan juga perantara, sehingga menghindarkan ketegangan yang terjadi di
dalamnya
9.
Pemimpin sebagai contoh (teladan)
Pemimpin dijadikan contoh bagi anggotanya dalam tingkah laku.
10.
Pemimpin sebagai simbol dan
kelompok
11.
Pemimpin sebagai pengganti
tanggung jawab individual (perorangan)
12.
Pemimpin sebagai idiologis
Kadang-kadang pemimpin sebagai orang yang ideologis dari kelompoknya, ia
harus menjaga sumber kepercayaan, nilai-nilai, serta norma daripada anggota
kelompok.
13.
Pemimpin sebagai figur ayah
Dalam banyak hal pemimpin berfungsi sebagai ayah dari anggotanya. Ia
melindungi secara emosional bagi anggotanya, tempat memperoleh rasa aman dan
sebagainya
14.
Pemimpin sebagai tempat
menumpahkan segala kesalahan (scapegoat)
Hal ini sesuai dengan fungsi bahwasanya pemimpin adalah penanggung jawab
dari kelompoknya. Sehingga kesalahan itupun juga menjadi tanggung jawab
pemimpin
2.1.4 Teori-teori Pemimpin dan Kepemimpinan
Berkaitan dengan
pemimpin,stogdi(1974)memberikan gambaran adanya berbagai macam pendapat atau
teori mengenai pemimpin dan kepemimpinan. Berikut adalah teori pemimpin:
1.
Greatmen
theory
Teori
greatmen menitikberatkan pada keturunan orang besar(great man). Teori
mempelajari sifat-sifat yg menonjol dari pada pemimpin yang berhasil. Lebih
lanjut, teori mempelajari sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin, lalu
mengaitkanya dengan latar belakang keturunan sebagai faktor pendukung.
2.
Environmental
Theory
Sebagian
ahli berpendapat bahwa pemimpin timbul sebagai akibat waktu, tempat, dan
situasi. Pandangan demikian menempatkan faktor lingkungan sebagai penyebab
timbulnya pemimpin. Keadaan lingkungan menstimulasi seseorang untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan persoalan yang dihadapi pada waktu itu,
sehingga menimbulkan pemimpin tertentu. Pendapat atau teori tidak memperhatikan
aspek-aspek predisposisi pada diri seseorang, sehingga teori menimbulkan
pendapat bahwa pemimpin dibentuk oleh situasi pada waktu itu.
3.
Personal-situational
Theory
Pada
teori 1 dan 2, memandang bahwa pemimpin dibentuk oleh faktor tunggal. Westburg
berpendapata bahwa pemimpin dibentuk, baik oleh sifat-sifat dalam diri individu
(inteletual, the affective, and action traits of the individual) maupun kondisi
dimana individu berada atau lingkungannya (the specific conditions under which
the individual operates). Teori melihut pemimpin merupakan hasil interaksi
antara sifat-sifat pada diri individu dengan situasi atau lingkungannya.
Dan
berikut ini merupakan teori-teori kepemimpinan:
1.
Interaction-expectation
Theory
Teori
melihat pada interaksi antara pemimpin dengan kelompok yang dipimpin. Pemimpin
perlu menciptakan struktur interaksi yang merupakan stimulus terciptanya
situasi yang relevan dengan harapan-harapan kelompok yang dipimpinnya. Teori
lebih menitikberatkan pada dinamika interaksi antara pemimpin dengan yang
dipimpin dan melalui interaksi dapat dijaring harapan-harapan dari yang
dipimpin. Lebih lanjut, teori berpandangan bahwa kelompok yang dipimpin bukan
sekedar objek semata, tetapi juga merupakan subjek yang memiliki
keinginan-keinginan atau harapan untuk ambil bagian didalamnya.
2.
Humanistic
Theory
Teori
humanistik melihat lebih pada fungsi kepemimpinan untuk mengatur individu atau
kelompok yang dipimpinnya dalam merealisasikan motivasinya agar dapat
bersama-sama mencapai tujuannya. Oleh karena itu, yang penting dalam teori
demikian ialah unsur organisasi yang baik dan dapat memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan kelompok yang dipimpinnya. Organisasi berperan sebagai
wadah untuk mengontrol agar segala kegiatan dapat benar-benar terarah kepada
tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Fokus teori ialah individu atau kelompok yang
dipimpin merupakan makhluk sosial yang mempunyai perasaan, kemampuan, serta
kebutuhan-kebutuhan tertentu.
3.
Exchange
Theory
Dengan
adanya interaksi antara pemimpin dengan yang dipimpin, seharusnya ada aktivitas
dari yang dipimpin untuk ikut berpartisipasi secara aktif. Interaksi bertujuan
menumbuhkan sikap saling menghargai antara pemimpin dengan yang dipimpin.
Dengan demikian, pemimpin dengan yang dipimpin sama-sama mendapatkan kepuasan
dalam mencapai tujuannya atas dasar kebersamaan.
2.2 Studi
Kasus
2.2.1 Biografi Ridwan Kamil
Ridwan Kamil
Lahir di Bandung pada 04 Oktober 1971, sosok walikota satu ini sangat
terkenal di kalangan masyarakat Bandung sebagai pemimpin yang membawa perubahan
bagi kota Bandung. Ridwan Kamil Lahir di Bandung pada tanggal 4 Oktober 1971. Ia
suka membaca komik dan melihat foto dari berbagai kota di luar negeri. Sejak
kecil Ridwan Kamil memiliki semangat kewirausahaan. Ia bersekolah di SDN
Banjarsari III Bandung tahun 197 hingga 1984, ketika sekolah dasar ia telah
menjual es mambo buatannya sendiri. Setelah tamat sekolah dasar ia kemudian
melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 2 Bandung kemudian di SMA Negeri 3
Bandung pada tahun 1987 hingga 1990. Setelah tamat SMA, ia kemudian melanjutkan
pendidikannya di Institut Teknologi Bandung dengan mengambil jurusan Teknik
Arsitektur dari tahun 1990 hingga 1995.
Lulus dari ITB,
ia memilih untuk bekerja di Amerika Serikat. Tapi hanya bertahan empat bulan
bekerja ia berhenti karena dampak krisis moneter Indonesia yang membuat klien
tidak membayar pekerjaannya. Ia tidak langsung pulang ke Indonesia, dia
bertahan di Amerika sebelum akhirnya mendapat Beasiswa di University of
California, Berkeley. Selagi mengambil S2 di Univesitas tersebut Ridwan Kamil
bekerja paruh waktu di Departemen Perancanaan Kota Berkeley. Perjuangan Ridwan
Kamil untuk bertahan hidup di Amerika terus diuji ketika istrinya, Atalia
Praratya akan melahirkan anak pertama mereka. Ayah yang kini memiliki dua orang
anak ini tidak memiliki uang untuk biaya persalinan istrinya, sehingga akhirnya
dia harus mengaku miskin pada pemerintah kota setempat untuk mendapatkan
pengobatan gratis. Pada tahun 2002 Ridwan Kamil pulang ke tanah kelahirannya
Indonesia dan dua tahun kemudian mendirikan Urbane, firma yang bergerak
dalam bidang jasa konsultan perencanaan, arsitektur dan desain. Kini Ridwan
Kamil aktif menjabat sebagai walikota Bandung.
2.2.2 Gaya
Kepemimpinan Ridwan Kamil
Dibawah ini ada beberapa program unik dan inovatif dari Ridwan Kamil sebagai
walikota Bandung yang patut dicontoh oleh pemimpin lain, yaitu :
1.
Senin Gratis
2.
Selasa Tanpa
Rokok
Hari Selasa
juga dicanangkan sebagai hari tanpa rokok. Warga diajak turut menyayangi
Bandung dengan aksi solusi mulai dari diri sendiri.
3.
Kamis Inggris
Dengan tekun,
setiap kamis melalui berbagai akun media sosial miliknya RK mengajak warga
untuk bicara dalam bahasa Inggris.
4.
Jum’at
Bersepeda
Sejak awal masa
kepemimpinannya, RK melakukan hal yang tidak lazim yakni bersepeda menuju
kantornya.
5.
Relokasi Persuasif
Pedagang Kaki Lima (PKL)
Ridwan Kamil
melakukan relokasi dan penertiban PKL dengan cara yang persuasif.
6.
Malam Kuliner (Culinary
Night)
Culinary Night adalah event
yang istimewa bagi masyarakat Bandung. Sebelumnya, hanya Braga yang menjadi
tempat untuk acara ini tapi kini tersebar di beberapa titik di Kota Bandung.
Ini adalah upaya yang baik untuk memeratakan kepadatan kota.
7.
Menerima
penghargaan untuk program pendidikan dari UPI
Ridwan Kamil
mendapat penghargaan untuk progres reformasi pendidikan dari UPI
8.
Membahagiakan masyarakat prasejahtera dengan makan malam bersamA
Setiap sebulan
sekali, RK beserta istri dan tim pemkot mengadakan makan malam bersama keluarga
prasejahtera.
Dan dalam
mengupayakan program unik dan inovatif tersebut, Ridwan Kamil menggunakan gaya
kepemimpinan yang berbeda dari pemimpin yang lainnya. Salah satu tipe gaya
kepemimpinan yang ada dalam diri Ridwan Kamil merupakan gaya kepemimpinan
Kharismatik. Gaya kepemimpinan seseorang yang kharismatik mempunyai daya tarik
dan kekuatan energi yang kuat yang berasal dari latar belakang biografikal, pendidikan,
kekayaan, penampilan. Latar belakang pendidikan sebagai seorang arsitektur
handal menjadi modal yang menjanjikan Ridwan Kamil untuk mampu mengelola tata
ruang kota Bandung menjadi lebih baik dan teratur.
Ridwan Kamil
menularkan cara efektif melalui media sosial untuk berinteraksi langsung dengan
warga Bandung dan aparat pemerintahan sehingga rapat tidak perlu digelar setiap
hari. Dengan melalui media sosial Twitter, pejabat pemerintahan bisa
membicarakan masalah dan penanganan Kota Bandung. Ridwan Kamil berusaha untuk
melebur dengan masyarakat dan mendengarkan keluhan mereka melalui media sosial.
Hal ini menunjukkan tipe gaya kepemimpinan yang demokratis dalam diri Ridwan
Kamil.
Selain secara
rutin meng-update kebijakan kota lewat page facebook Ridwan Kamil untuk
Bandung, RK juga aktif mengelola akun twitternya. Akun twitter RK jauh dari
kesan menjaga jarak dengan rakyat, justru menghibur dengan candaan candaan yang
natural. Menyadari warga Bandung sekarang melek berinternet, pihak pemkot
membuat situs khusus untuk pengaduan yang mudah diakses oleh warga Bandung. Dan
selama satu setengah tahun kepemimpinannya, kota Bandung sudah merasakan
perubahannya yang tidak hanya dipuji warga Bandung tapi membuat iri warga kota
lainya sehingga tak sedikit yang menginginkan Ridwan Kamil kelak jadi presiden
Republik Indonesia.
Namun gaya
kepemimpinan dalam diri Ridwan Kamil tidak selalu kharismatik atau demokratis
saja, terkadang Ridwan Kamil juga menggunakan tipe kepemimpinan otoriter atau
yang lainnya, tergantung dengan kondisi atau situasi yang ada.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers).
Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari
pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan,
tidak akan ada pimpinan. Dan seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his
or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang
memuaskan. Para pemimpin dapat menggunakan
bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi
perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
Ada beberapa fungsi pemimpin, antara lain: Pemimpin
adalah eksekutif, pemimpin sebagai perencana, pemimpin
sebagai pembuat kebijaksanaan (policy-maker), pemimpin sebagai seorang yang
ahli (expert), pemimpin sebagai wakil kelompok
untuk hubungan ke luar,
dan pemimpin sebagai contoh (teladan)
Dan ada juga tipe-tipe kepemimpinan, seperti: gaya kepemimpinan otoriter,
gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan laissez faire, dan gaya
kepemimpinan kharismatik. Dan seperti kasus yang diangkat, Ridwan Kamil
memiliki tipe kemimpinan yang demokratis dan juga tipe kepemimpinan kharismatik.
Yang mana Ridwan Kamil mempunyai daya tarik dan kekuatan energi yang kuat yang
berasal dari latar belakang biografikal, pendidikan, kekayaan, dan Ridwan Kamil berusaha untuk melebur dengan
masyarakat serta mendengarkan keluhan masyarakat melalui media sosial.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Hogg,
M. A. & Vaughan G. M. (2011). Social psychology (6th ed.).
England: Pearson.
Walgito, Bimo. (2008). Psikologi Kelompok. Yogyakarta: Andi
Subscribe to:
Posts (Atom)