Friday, June 16, 2017

Makalah Leadership



TUGAS PSIKOLOGI SOSIAL II
MAKALAH LEADERSHIP



Oleh:

SHARAH TAMIARA SIALLAGAN
151301102




FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017


KATA PENGANTAR

                                                                                                                                                            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis mampu menyelesaikan makalah berjudul Leadership yang merupakan tugas mata kuliah Psikologi Sosial II dari Ibu Rika Eliana Barus selaku dosen pengampu.
            Dalam penulisan makalah ini, Penulis sudah menyusun makalah semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan Penulis. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan untuk pembaca.
            Penulis merasa masih banyak kekurangan baik dari segi materi ataupun teknis penulisan, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat Penulis harapkan guna penyempurnaan pembuatan makalah ini.




Medan, 19 Maret 2017



Penulis









DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.....................................................................................      i
DAFTAR ISI.....................................................................................................      ii
BAB I.................................................................................................................      1
1.1  Latar Belakang..................................................................................      1
1.2  Rumusan Masalah.......................................................................................       2
BAB II................................................................................................................       3
2.1  Landasan Teori...........................................................................................        3
       2.1.1  Definisi Kepemimpinan ....................................................................       3
       2.1.2  Tipe-tipe Kepemimpinan....................................................................       4
       2.1.3  Fungsi Kepemimpinan........................ ...... ......................................      11
       2.1.4  Teori-teori Pemimpin dan Kepemimpinan.. .....................................      14
2.2  Studi Kasus..................................................................................................      16
       2.2.1  Biografi Ridwan Kamil......................................................................     16
       2.2.2  Gaya Kepemimpinan Ridwan Kamil.................................................     18
BAB III......................................................................... .....................................     21
Kesimpulan............................................................. .....................................     21
DAFTAR PUSTAKA................................................... ....................................     22


BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup dengan sendiri dan senantiasa membutuhkan satu dengan yang lainnya, oleh karena itu dibutuhkanlah suatu interaksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya agar terjalin komunikasi yang lebih baik. Interaksi bisa didapatkan dengan menjalani hidup secara berkelompok, baik dalam kelompok yang kecil maupun kelompok besar. Contoh dari kelompok kecil adalah keluarga dan teman bermain, sedangkan contoh dari kelompok besar adalah sekolah, universitas, dan lainnya. Namun hidup dalam suatu kelompok bukanlah hal yang mudah. Untuk dapat menciptakan kondisi lingkungan yang harmonis dan nyaman, setiap anggota kelompok harus saling menghargai dan menghormati. Sehingga untuk menciptakan kondisi yang sedemikian tersebut, dibutuhkan seorang yang berjiwa pemimpin dan paling tidak mampu memimpin dirinya sendiri.
Pemimpin merupakan seorang yang memiliki kelebihan dan kecakapan dibanding dengan yang lainnya, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang tertentu. Sehingga pemimpin mampu membuat orang lain melakukan aktivitas-aktivitas tertentu secara bersama-sama. Seorang pemimpin tidak begitu saja dipilih dan ditentukan. Ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dimiliki olehnya. Segenap kemampuan dalam berpikir dan berbuat menjadi pertimbangan yang sangat urgen diperhatikan. Untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah, seseorang harus mempunyai jiwa kepemipinan yang kuat. Kepemimpinan (leadership) adalah suatu kemampuan seseorang (yakni pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yakni orang yang dipimpin atau pengikutnya) sehingga orang yang dipimpin tersebut bertingkah laku sebagaimana yang telah dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kepemimpinan adalah cara membuat peta perjalanan untuk menang sebagai tim dan organisasi.  Dan dalam kepemimpinan yang baik akan terdapat keterampilan yang handal sehingga mampu membimbing orang-orang berlaku efektif efisien. Seorang pemimpin yang hebat akan mampu menciptakan suatu program atau kebijakan kepemimpinan baru yang inovatif yang dapat memiliki kontribusi yang banyak di masyarakat.
Beberapa waktu terakhir banyak media yang meliput mengenai kemajuan pelaksanaan pembangunan infrastruktur dan kebijakan publik di Kota Bandung. Yang dibuat dan diprakarsai oleh seseorang  yang memimpin kota tersebut yakni Ridwan Kamil. Berlatar belakang pendidikan sebagai seorang arsitektur yang handal, Ridwan Kamil dalam masa kepemimpinannya sebagai walikota Bandung banyak membuat terobosan-terobosan atau inovasi-inovasi terbaru baik dalam hal pembangunan sarana dan infrastruktur untuk mewujudkan kota Bandung yang lebih asri. Bahkan sekarang kota Bandung dinobatkan sebagai finalis 6 besar dunia untuk inovasi Smart City.

1.2       Rumusan masalah
1.        Apa definisi kepemimpinan ?
2.        Apa tipe-tipe kepemimpinan ?
3.         Apa fungsi kepemimpinan?
4.        Apa saja teori-teori pemimpin dan kepemimpinan?
5.        Jelaskan kasus Ridwan Kamil terkait gaya kepemimpinannya ?
BAB II
ISI
2.1 Landasan Teori
2.1.1         Definisi Kepemimpinan
Ada beberapa definisi kepemimpinan menurut para ahli, yaitu:
a.       Menurut Boring, Langeveld, dan Weld
Kepemimpinan adalah hubungan dan individu terhadap bentuk suatu kelompok dengan maksud untuk dapat menyelesaikan beberapa tujuan.
b.      Menurut George R. Terry
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar dengar sukarela bersedia menuju kenyataan tujuan bersama.
c.       Menurut H. Goidhamer dan E. A. Shils
Kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi tingkah laku orang-orang lain yang dipimpinnya.
d.      Menurut Ordway Tead
Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama menuju pada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan.
e.       Menurut John Ptiffner
Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
Berdasarkan definisi para ahli di atas, kepemimpinan dapat diartikan sebagai:
  • Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, tidak akan ada pimpinan.
  • Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
2.1.2         Tipe-tipe Kepemimpinan
Menurut Lewin, Lippit, dan White (dalam Ahmadi, 2009) ada 3 macam tipe kepemimpinan, yaitu:
a.              Tipe kepemimpinan Otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter merupakan tipe dimana pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok maupun organisasi. Memastikan apa yang akan dilakukan  kelompok. Pada tipe ini anggota kelompok tidak diajak untuk turut menentukan langkah-langkah pelaksanaan atau perencanaan mengenai kegiatan-kegiatan anggota kelompok.
Kegiatan acara-acara atau tujuan kelompok ditentukan oleh pemimpin dari atas. Kelompok hanya diinstruksikan langkah-langkah pekerjaan saja, tanpa memberitahu perancangan secara keseluruhan. Anggota hanya diberitahu langkah-langkah kegiatan selangkah demi selangkah tanpa adanya perundingan mengenai tujuan-tujuan umum daripada kegiatan kelompok.
Sikap pemimpin yang otoriter seakan-akan ia tidak turut serta dengan interaksi kelompok. Pemimpin hanya saling hubungan dengan anggota-anggota pada waktu memberi instruksi mengenai langkah-langkah kegiatan, sesudah hal tersebut terjadi ia lalu menyendiri. Ia terpisah dengan kelompok dan tidak mencampurkan dirinya dengan anggota kelompok lain.
Kepemimpinan otoriter memiliki ciri-ciri antara lain:
1.      Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,
2.      Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal,
3.      Berambisi untuk merajai situasi,
4.      Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri,
5.      Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan,.
Gambar dibawah ini merupakan gambaran kepemimpinan otoriter!
b.             Tipe kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis adalah tipe pemimpin yang mengajak anggota kelompoknya ikut serta dalam perancangan langkah-langkah pekerjaan secara musyawarah dan mufakat. Pemimpin memberi nasihat kepada anggota kelompoknya dan memberikan saran mengenai bermacam-macam kemungkinan pelaksanaan pekerjaan yang dapat mereka pilih sendiri mana yang terbaik. Pemimpin demokratis memberikan penghargaan dan kritik secara objektif dan positif. Dengan tindakan-tindakan demikian maka pemimpin demokratis berpartisipasi dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
Pemimpin demokratis menempatkan anggota sebagai teman bukan sebagai yang dipekerjakan. Pemimpin berusahan mendorong dan memperkuat hubungan antara individu seluruh kelompok. Tugas dan kewajiban dijalankan bersama-sama dengan pemimpin. Tanggung jawab dibagi di antara semua anggota. Apabila ada kesalahan pada anggota, diperingatkan dengan cara yang bijaksana. Pemimpin berusaha mencegah berkembangnya struktur kelompok hierarki yang dikuasai oleh perbedaan status dan hak istimewa.
Bila kepemimpinan demokratis dibandingkan dengan kepemimpinan otoriter yang cenderung diktator. Pemimpin demokratis melayani sebagai wakil kelompok, ia berusaha untuk melaksanakan mandat kelompok. Perbedaan tingkah laku gaya kepemimpinan keduanya cukup nyata. Kelompok otoriter cenderung lebih agresif, hubungan diantara anggota kelompoknya cenderung lebih agresif, dan kelompok otoriter cenderung menjadi pecah jika dalam keadaan frustasi dibandingkan dengan kelompok demokratis. Dan dalam kelompok demokratis kesatuan kelompoknya nampak lebih tinggi.
Gambar dibawah ini merupakan gambaran kepemimpinan demokratis!
Keuntungan dan kerugian tipe kepemimpinan demokratis
Keuntungannya:
·              Keputusan serta tindakan lebih objektif, timbulnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi.
·              Organisasi dengan segenap bagian-bagiannya berjalan lancar, sekalipun pemimpin tersebut tidak ada di kantor karena ada sistem pendelegasian wewenang sehingga masing-masing menyadari tugas dan fungsinya dengan puas dan aman menyandang setiap tugas dan fungsinya.
Kerugiannya :
·              Keputusan serta tindakan kadang-kadang lambat.
·              Pekerjaan tidak selesai pada waktunya.
c.              Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe Laissez Faire seorang pemimpin menjalanankan peran yang pasif, sebagai seseorang yang hanya menonton saja. Pemimpin menyerahkan segala penentuan tujuan dan kegiatan kelompok kepada anggota-anggota sendiri.
Pemimpin menyerahkan bahan-bahan dan alat yang diperlukan dalam pekerjaan kelompok tersebut. Pemimpin tidak mengambil inisiatif apapun didalam kegiatan kelompok. Ia berada ditengan- tenga kelompok, tetapi tidak berinteraksi dan berlaku seperti seorang penonton saja. Hasil eksperimen kepada empat kelompok dengan tiga cara tersebut, bahwa pada umumnya cara-cara kepemimpinan yang berlainan itu menimbulkan juga cara-cara interaksi serta suasana dalam bekerja yang berlainan.
Dengan kata lain dinamika kelompok itu sangat dipengaruhi oleh cara-cara kepemimpinan seperti yang digambarkan diatas. Nyata bahwa kelompok yang dipimpin oleh otoriter tampak ciri yang jelas berbeda dengan ciri kelompok yang dipimpin secara demokratis atau laissez faire.

Gambar dibawah ini merupakan gambaran kepemimpinan laissez faire !
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri.
Dapat kita tambahkan di sini bahwa pemimpin akan sukses di dalam tugasnya apabila memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1.       Kesadaran diri
Kesadaran seorang pemimpin terhadap dirinya dan terhadap golonganya akan menimbulkan kewibawaan yang lebih kuat, baik untuk memikat para pendengarnya maupun untuk mempertahankan kebenaran yang disampaikanya.
2.      Keinginan yang kuat
Segala pekerjaan yang hebat dan mulia memerlukan kemauan dan keinginan yang kuat bagi pelaksanaanya,supaya pekerjaan itu dapat terlaksana dengan sempurna.
3.      Keyakinan yang teguh
Kita tidak mungkin dapat meyakinkan orang kalau kita sendiri tidak yakin/ragu-ragu akan kebenaran yang kita sampaikan kepada orang lain.
4.      Persiapan yang sempurna
Yaitu persiapan-persiapan pikiran, bahan-bahan, gaya bahasa, susunan acara, dan tekanan intonasinya.
5.      Latihan yang cukup
Artinya latihan dan pembiasaan diri. Semua teori tidak ada gunanya jika tidak dibawa dalam praktik.

d.             Tipe Kepemimpinan Kharismatik
Ciri-ciri pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan kharismatik yaitu :
1.         Mempunyai daya tarik dan kekuatan energi yang kuat yang berasal dari latar belakang biografikal, pendidikan, kekayaan, penampilan, sehingga pengikutnya besar, dia dianggap memiliki kekuatan gaib (supernatural power).
2.         Percaya diri yang besar.
3.         Mempunyai visi.
4.         Kemampuan untuk mengartikulasikan visi.
5.         Keyakinan yang kuat tentang tepatnya visi yang dinyatakannya kepada para bawahan.
6.         Pemahaman yang mendalam dan tepat tentang sifat lingkungan yang dihadapi termasuk kendala yang ditimbulkannya serta kesiapan untuk menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mewujudkan perubahan itu.
7.         Mampu membaca situasi organisasional yang dihadapinya dan mampu mengenali karakteristik para bawahannya sehingga dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi yang dihadapi itu.
2.1.3    Fungsi Kepemimpinan
            Kepemimpinan memiliki banyak fungsi, tergantung dengan apa yang akan dicapai oleh kelompok itu. Reven dan Rubin ( dalam Ahmadi, 2009) menyebutkan ada 4 fungsi kepemimpinan, antara lain:
1.      Membantu menetapkan tujuan kelompok
Pemimpin adalah pembuat policy (policy marker) yang membantuk kelompok dalam menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai. Lalu pemimpin merumuskan rencana kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai pelaksana, pemimpin mengkoordinasi kegiatan-kegiatan semua anggota kelompok sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2.      Memelihara kelompok
Selama perjalanan kegiatan kelompok, pasti terdapat ketidakcocokan antar anggota yang sering diikuti dengan ketegangan serta permusuhan. Sehingga pemimpin diharapkan dapat meredakan ketegangan, perbedaan pendapat dan juga menghilangkan permusuhan untuk menjaga keharmonisan dalam kelompok.
3.      Memberi simbol untuk identifikasi
Terkadang anggota kelompok memerlukan simbol yang dapat mengidentifikasi dirinya, seperti bendera, slogan dan simbol yang lain. Dan pemimpin itu sendiri juga dapat menjadi simbol dan kelompoknya.
4.      Mewakili kelompok terhadap kelompok lain
Pemimpin dapat dijadikan perwakilan kelompok dengan hubungannya dengan kelompok lain, pemimpin diharapkan dapat memecah ketegangan-ketegangan diantara kelompok dan membantu kerja dengan kelompok lain untuk tujuan bersama.
Knech, Crutchfield, dan Ballachey (dalam Ahmadi, 2009) menyebutkan fungsi pemimpin yang lebih jelas, yaitu:
1.      Pemimpin adalah eksekutif
Peranan pemimpin yang nyata didalam setiap kelompok adalah sebagai koordinator dan kegiatan kelompok. Dalam hal ini biasanya pemimpin tidak mengerjakan pekerjaan yang ada dalam kelompok tetapi menugaskan kepada anggota kelompok yang lain, sedangkan pemimpin hanya mengkoordinirnya.
2.      Pemimpin sebagai perencana
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi ataupun kelompoknya dan juga bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.
3.      Pemimpin sebagai pembuat kebijaksanaan (policy-maker)
Seperti salah satu fungsi yang disebutkan Reven dan Rubin. Knech dkk juga menetapkan fungsi pemimpin yakni sebagai policy-maker atau pembuat kebijaksanaan dan menetapkan tujuan kelompok.
4.      Pemimpin sebagai seorang yang ahli (expert)
Pemimpin kerapkali sebagai sumber informasi da kecakapan (skill)
5.      Pemimpin sebagai wakil kelompok untuk hubungan ke luar
Pemimpin biasanya mewakili kelompoknya untuk berhubungan dengan luar. Ia membawa suara kelompoknya. Untuk itu pemimpin harus dapat menafsirkan kebutuhan kelompoknya secara tepat
6.      Pemimpin sebagai pengawas hubungan didalam kelompok
Pemimpin harus menjaga hubungan antara anggota didalam kelompok itu sebaik-baiknya. Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana
7.      Pemimpin sebagai orang yang memberi hadiah dan hukuman
Pemimpin yang menentukan tindakan-tindakan apa yang memperoleh hadiah dan tindakan apa yang memperoleh hadiah
8.      Pemimpin sebagai wasit (pelerai) dan perantara
Dalam menghadapi konflik di dalam kelompoknya pemimpin bertindak sebagai pelerai dan juga perantara, sehingga menghindarkan ketegangan yang terjadi di dalamnya
9.      Pemimpin sebagai contoh (teladan)
Pemimpin dijadikan contoh bagi anggotanya dalam tingkah laku.
10.  Pemimpin sebagai simbol dan kelompok
11.  Pemimpin sebagai pengganti tanggung jawab individual (perorangan)
12.  Pemimpin sebagai idiologis
Kadang-kadang pemimpin sebagai orang yang ideologis dari kelompoknya, ia harus menjaga sumber kepercayaan, nilai-nilai, serta norma daripada anggota kelompok.
13.  Pemimpin sebagai figur ayah
Dalam banyak hal pemimpin berfungsi sebagai ayah dari anggotanya. Ia melindungi secara emosional bagi anggotanya, tempat memperoleh rasa aman dan sebagainya
14.  Pemimpin sebagai tempat menumpahkan segala kesalahan (scapegoat)
Hal ini sesuai dengan fungsi bahwasanya pemimpin adalah penanggung jawab dari kelompoknya. Sehingga kesalahan itupun juga menjadi tanggung jawab pemimpin

2.1.4    Teori-teori Pemimpin dan Kepemimpinan
Berkaitan dengan pemimpin,stogdi(1974)memberikan gambaran adanya berbagai macam pendapat atau teori mengenai pemimpin dan kepemimpinan. Berikut adalah teori pemimpin:
1.      Greatmen theory
Teori greatmen menitikberatkan pada keturunan orang besar(great man). Teori mempelajari sifat-sifat yg menonjol dari pada pemimpin yang berhasil. Lebih lanjut, teori mempelajari sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin, lalu mengaitkanya dengan latar belakang keturunan sebagai faktor pendukung.
2.      Environmental Theory
Sebagian ahli berpendapat bahwa pemimpin timbul sebagai akibat waktu, tempat, dan situasi. Pandangan demikian menempatkan faktor lingkungan sebagai penyebab timbulnya pemimpin. Keadaan lingkungan menstimulasi seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan persoalan yang dihadapi pada waktu itu, sehingga menimbulkan pemimpin tertentu. Pendapat atau teori tidak memperhatikan aspek-aspek predisposisi pada diri seseorang, sehingga teori menimbulkan pendapat bahwa pemimpin dibentuk oleh situasi pada waktu itu.
3.      Personal-situational Theory
Pada teori 1 dan 2, memandang bahwa pemimpin dibentuk oleh faktor tunggal. Westburg berpendapata bahwa pemimpin dibentuk, baik oleh sifat-sifat dalam diri individu (inteletual, the affective, and action traits of the individual) maupun kondisi dimana individu berada atau lingkungannya (the specific conditions under which the individual operates). Teori melihut pemimpin merupakan hasil interaksi antara sifat-sifat pada diri individu dengan situasi atau lingkungannya.
Dan berikut ini merupakan teori-teori kepemimpinan:
1.      Interaction-expectation Theory
Teori melihat pada interaksi antara pemimpin dengan kelompok yang dipimpin. Pemimpin perlu menciptakan struktur interaksi yang merupakan stimulus terciptanya situasi yang relevan dengan harapan-harapan kelompok yang dipimpinnya. Teori lebih menitikberatkan pada dinamika interaksi antara pemimpin dengan yang dipimpin dan melalui interaksi dapat dijaring harapan-harapan dari yang dipimpin. Lebih lanjut, teori berpandangan bahwa kelompok yang dipimpin bukan sekedar objek semata, tetapi juga merupakan subjek yang memiliki keinginan-keinginan atau harapan untuk ambil bagian didalamnya.
2.      Humanistic Theory
Teori humanistik melihat lebih pada fungsi kepemimpinan untuk mengatur individu atau kelompok yang dipimpinnya dalam merealisasikan motivasinya agar dapat bersama-sama mencapai tujuannya. Oleh karena itu, yang penting dalam teori demikian ialah unsur organisasi yang baik dan dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kelompok yang dipimpinnya. Organisasi berperan sebagai wadah untuk mengontrol agar segala kegiatan dapat benar-benar terarah kepada tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Fokus teori ialah individu atau kelompok yang dipimpin merupakan makhluk sosial yang mempunyai perasaan, kemampuan, serta kebutuhan-kebutuhan tertentu.
3.      Exchange Theory
Dengan adanya interaksi antara pemimpin dengan yang dipimpin, seharusnya ada aktivitas dari yang dipimpin untuk ikut berpartisipasi secara aktif. Interaksi bertujuan menumbuhkan sikap saling menghargai antara pemimpin dengan yang dipimpin. Dengan demikian, pemimpin dengan yang dipimpin sama-sama mendapatkan kepuasan dalam mencapai tujuannya atas dasar kebersamaan.
2.2       Studi Kasus
2.2.1    Biografi Ridwan Kamil
Ridwan Kamil Lahir di Bandung pada 04 Oktober 1971,  sosok walikota satu ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Bandung sebagai pemimpin yang membawa perubahan bagi kota Bandung. Ridwan Kamil Lahir di Bandung pada tanggal 4 Oktober 1971. Ia suka membaca komik dan melihat foto dari berbagai kota di luar negeri. Sejak kecil Ridwan Kamil memiliki semangat kewirausahaan. Ia bersekolah di SDN Banjarsari III Bandung tahun 197 hingga 1984, ketika sekolah dasar ia telah menjual es mambo buatannya sendiri. Setelah tamat sekolah dasar ia kemudian melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 2 Bandung kemudian di SMA Negeri 3 Bandung pada tahun 1987 hingga 1990. Setelah tamat SMA, ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung dengan mengambil jurusan Teknik Arsitektur dari tahun 1990 hingga 1995.
Lulus dari ITB, ia memilih untuk bekerja di Amerika Serikat. Tapi hanya bertahan empat bulan bekerja ia berhenti karena dampak krisis moneter Indonesia yang membuat klien tidak membayar pekerjaannya. Ia tidak langsung pulang ke Indonesia, dia bertahan di Amerika sebelum akhirnya mendapat Beasiswa di University of California, Berkeley. Selagi mengambil S2 di Univesitas tersebut Ridwan Kamil bekerja paruh waktu di Departemen Perancanaan Kota Berkeley. Perjuangan Ridwan Kamil untuk bertahan hidup di Amerika terus diuji ketika istrinya, Atalia Praratya akan melahirkan anak pertama mereka. Ayah yang kini memiliki dua orang anak ini tidak memiliki uang untuk biaya persalinan istrinya, sehingga akhirnya dia harus mengaku miskin pada pemerintah kota setempat untuk mendapatkan pengobatan gratis. Pada tahun 2002 Ridwan Kamil pulang ke tanah kelahirannya Indonesia dan dua tahun kemudian mendirikan Urbane, firma yang bergerak dalam bidang jasa konsultan perencanaan, arsitektur dan desain. Kini Ridwan Kamil aktif menjabat sebagai walikota Bandung.

2.2.2    Gaya Kepemimpinan Ridwan Kamil
Dibawah ini ada beberapa program unik dan inovatif dari Ridwan Kamil sebagai walikota Bandung yang patut dicontoh oleh pemimpin lain, yaitu :
1.             Senin Gratis
2.             Selasa Tanpa Rokok
Hari Selasa juga dicanangkan sebagai hari tanpa rokok. Warga diajak turut menyayangi Bandung dengan aksi solusi mulai dari diri sendiri.
3.             Kamis Inggris
Dengan tekun, setiap kamis melalui berbagai akun media sosial miliknya RK mengajak warga untuk bicara dalam bahasa Inggris.
4.             Jum’at Bersepeda
Sejak awal masa kepemimpinannya, RK melakukan hal yang tidak lazim yakni bersepeda menuju kantornya.
5.             Relokasi Persuasif Pedagang Kaki Lima (PKL)
Ridwan Kamil melakukan relokasi dan penertiban PKL dengan cara yang persuasif.
6.             Malam Kuliner (Culinary Night)
Culinary Night adalah event yang istimewa bagi masyarakat Bandung. Sebelumnya, hanya Braga yang menjadi tempat untuk acara ini tapi kini tersebar di beberapa titik di Kota Bandung. Ini adalah upaya yang baik untuk memeratakan kepadatan  kota.
7.             Menerima penghargaan untuk program pendidikan dari UPI
Ridwan Kamil mendapat penghargaan untuk progres reformasi pendidikan dari UPI
8.              Membahagiakan masyarakat prasejahtera dengan makan malam bersamA
Setiap sebulan sekali, RK beserta istri dan tim pemkot mengadakan makan malam bersama keluarga prasejahtera.
Dan dalam mengupayakan program unik dan inovatif tersebut, Ridwan Kamil menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda dari pemimpin yang lainnya. Salah satu tipe gaya kepemimpinan yang ada dalam diri Ridwan Kamil merupakan gaya kepemimpinan Kharismatik. Gaya kepemimpinan seseorang yang kharismatik mempunyai daya tarik dan kekuatan energi yang kuat yang berasal dari latar belakang biografikal, pendidikan, kekayaan, penampilan. Latar belakang pendidikan sebagai seorang arsitektur handal menjadi modal yang menjanjikan Ridwan Kamil untuk mampu mengelola tata ruang kota Bandung menjadi lebih baik dan teratur.
Ridwan Kamil menularkan cara efektif melalui media sosial untuk berinteraksi langsung dengan warga Bandung dan aparat pemerintahan sehingga rapat tidak perlu digelar setiap hari. Dengan melalui media sosial Twitter, pejabat pemerintahan bisa membicarakan masalah dan penanganan Kota Bandung. Ridwan Kamil berusaha untuk melebur dengan masyarakat dan mendengarkan keluhan mereka melalui media sosial. Hal ini menunjukkan tipe gaya kepemimpinan yang demokratis dalam diri Ridwan Kamil.
Selain secara rutin meng-update kebijakan kota lewat page facebook Ridwan Kamil untuk Bandung, RK juga aktif mengelola akun twitternya. Akun twitter RK jauh dari kesan menjaga jarak dengan rakyat, justru menghibur dengan candaan candaan yang natural. Menyadari warga Bandung sekarang melek berinternet, pihak pemkot membuat situs khusus untuk pengaduan yang mudah diakses oleh warga Bandung. Dan selama satu setengah tahun kepemimpinannya, kota Bandung sudah merasakan perubahannya yang tidak hanya dipuji warga Bandung tapi membuat iri warga kota lainya sehingga tak sedikit yang menginginkan Ridwan Kamil kelak jadi presiden Republik Indonesia.
Namun gaya kepemimpinan dalam diri Ridwan Kamil tidak selalu kharismatik atau demokratis saja, terkadang Ridwan Kamil juga menggunakan tipe kepemimpinan otoriter atau yang lainnya, tergantung dengan kondisi atau situasi yang ada.











BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, tidak akan ada pimpinan. Dan seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
Ada beberapa fungsi pemimpin, antara lain: Pemimpin adalah eksekutif, pemimpin sebagai perencana, pemimpin sebagai pembuat kebijaksanaan (policy-maker), pemimpin sebagai seorang yang ahli (expert), pemimpin sebagai wakil kelompok untuk hubungan ke luar, dan pemimpin sebagai contoh (teladan)
Dan ada juga tipe-tipe kepemimpinan, seperti: gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan laissez faire, dan gaya kepemimpinan kharismatik. Dan seperti kasus yang diangkat, Ridwan Kamil memiliki tipe kemimpinan yang demokratis dan juga tipe kepemimpinan kharismatik. Yang mana Ridwan Kamil mempunyai daya tarik dan kekuatan energi yang kuat yang berasal dari latar belakang biografikal, pendidikan, kekayaan, dan  Ridwan Kamil berusaha untuk melebur dengan masyarakat serta mendengarkan keluhan masyarakat melalui media sosial.

Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Hogg, M. A. & Vaughan  G. M. (2011). Social psychology (6th ed.). England: Pearson.
Walgito, Bimo. (2008). Psikologi Kelompok. Yogyakarta: Andi

1 comment:

  1. Why gambling is so popular among adults - Dr.MD
    › education › why-gambling › education › why-gambling The gambling problem is the problem of gambling addiction, 시흥 출장샵 and many of those addicted will try to turn their The problem can be traced back to the 1700s when a 안동 출장샵 gambler came 포천 출장샵 into 전주 출장마사지 the 의정부 출장안마

    ReplyDelete